Plastik_salah satu temuan ajaib ilmu kimia di abad modern…, siapa yang tak menggunakannya?
[Meski oleh para pecinta lingkungan plastik adalah
“musuh berbahaya”,
produksi dan pemanfaatan plastik kian bertambah mengikuti arus
kebutuhan manusia yang seolah tak terbatas. Sejauh mata memandang…sejauh
kaki melangkah…ada plastik. Sebuah fakta, bahwa plastik telah mengepung
kehidupan kita. Suka atau tidak suka…
Berapakah volume
plastik tiap hari yang menjadi sampah? Berapa yang bisa didaur ulang?
Berapa yang bisa diurai dan akhirnya bisa
“ramah lingkungan”?
Tapi bukan soal sampah plastik yang kini “
tuing-tuing”
di kepala saya…, melainkan penggunaan plastik di rumah kita yang
berkaitan dengan makanan dan kesehatan. Seperti produk ilmu pengetahuan
lainnya, jika digunakan tidak pada tempatnya maka selalu ada
“efek negatif” yang harus dibayar].
Berikut saya kutipkan artikel menarik tentang penggunaan plastik, khususnya di rumah tangga;
Dr Agus Haryono dari
Pusat Penelitian Kimia (LIPI) dalam sebuah diskusi di "Iptek Voice" beberapa waktu [2008] lalu, sebagaimana dilansir website
http:/www.Ristek. go.id,
menyebutkan masyarakat harus mengetahui bahan dasar dari
plastik-plastik yang aman untuk dipakai, dengan melihat simbol atau kode
yang biasanya tertera di bawah produk plastik wadah makanan atau
minuman
Produk plastik yang dimaksud bukan hanya botol
plastik air mineral yang banyak beredar di pasaran, tetapi juga plastik
wadah makan, penutup makanan, hingga botol susu untuk buah hati Anda.
Simbol atau kode itu dikeluarkan oleh
The Society of Plastic Industry sejak tahun 1988 di Amerika Serikat dan telah diadopsi oleh lembaga-lembaga yang mengembangkan sistem kode, seperti ISO
(International Organization for Standardization).
Secara
umum tanda tersebut berada di dasar, berbentuk segi tiga, di dalam
segitiga akan terdapat angka, serta nama jenis plastik di bawah
segitiga, dengan contoh dan penjelasan sebagai berikut:
Pertama,
PET atau Polyethylene Terephthalate
Biasanya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan
angka 1
di tengahnya dan tulisan PETE atau PET di bawah segitiga. Simbol itu
biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang
seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman
lainnya. Mayoritas bahan plastik PET di dunia untuk serat sintetis
(sekitar 60 persen), dalam pertekstilan PET biasa disebut dengan
polyester (bahan dasar botol kemasan 30 persen). Botol Jenis PET/PETE
ini direkomendasikan "hanya untuk sekali pakai".
Alasannya,
bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air
hangat apalagi panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol
tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik yang dapat
menyebabkan kanker.
Kedua,
HDPE atau High Density Polyethylene
Umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan
angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high density polyethylene) di bawah segitiga.
HDPE
biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, tupperware,
galon air minum, kursi lipat, dan lain-lain. HDPE merupakan salah satu
bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah
reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman
yang dikemasnya.
HDPE memiliki sifat bahan yang lebih
kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Sama seperti
PET, HDPE juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian, karena
pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu.
Ketiga,
V atau Polyvinyl Chloride.
Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan
angka 3
di tengahnya, serta tulisan V yang berarti PVC (polyvinyl chloride),
yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur ulang. Plastik itu bisa
ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap) dan botol-botol.
PVC
mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan
plastik berbahan PVC, saat bersentuhan langsung dengan makanan tersebut.
Karena DEHA bisa lumer pada suhu 150 derajat celsius.
Reaksi
yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan plastik ini
berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.
Sebaiknya
kita mencari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak mengandung
bahan pelembut seperti plastik yang terbuat dari polietilena, seperti
daun pisang yang lebih alami.
Keempat,
LDPE atau Low Density Polyethylene.
Tertera logo daur ulang dengan
angka 4
di tengahnya, serta tulisan LDPE, yaitu plastik tipe cokelat
(thermoplastic/dibuat dari minyak bumi. Biasanya LDPE dipergunakan untuk
tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang lembek.
Sifat
mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel
dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60 derajat celsius
sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air
tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti
oksigen.
Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk
barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat, dan memiliki
resistensi yang baik terhadap reaksi kimia.
Barang
berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat
makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas
dengan bahan ini.
Kelima,
PP atau Polypropylene.
Tertera logo daur ulang dengan
angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP adalah
pilihan terbaik
untuk bahan plastik, terutama untuk produk yang berhubungan dengan
makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan
terpenting botol minum untuk bayi.
Karakteristik berupa
botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Polipropilen lebih kuat
dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik
terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap.
Carilah dengan kode angka 5, bila membeli barang berbahan plastik untuk menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman.
Keenam,
PS atau Polystyrene.
Tertera logo daur ulang dengan
angka 6
di tengahnya, serta tulisan PS. Polystyrene ditemukan pada tahun 1839
oleh Eduard Simon, seorang apoteker dari Jerman secara tidak sengaja. PS
biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali
pakai, dan lain-lain.
Bahan tersebut harus dihindari,
karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen
pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, pertumbuhan dan
sistem syaraf. Bahan itu juga sulit didaur ulang. Jika harus didaur
ulang, PS memerlukan proses yang sangat panjang dan lama.
PS
dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode angka
tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara
dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan
ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan
jelaga.
Ketujuh,
OTHER.
Tertera logo daur ulang dengan
angka 7
di tengahnya, serta tulisan OTHER yang merupakan gabungan dari SAN
(styrene acrylonitrile), ABS (acrylonitrile butadiene styrene) dan PC
(polycarbonate, Nylon).
OTHER dapat ditemukan pada tempat
makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, suku cadang mobil,
alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik
kemasan.
PC dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas
anak balita, botol minum polikarbonat, dan kaleng kemasan makanan dan
minuman, termasuk kaleng susu formula. PC dapat mengeluarkan bahan
utamanya yaitu Bisphenol A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi
merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma,
dan mengubah fungsi imunitas.
Dianjurkan untuk tidak
dipergunakan untuk tempat makanan ataupun minuman karena Bisphenol-A
dapat berpindah ke dalam minuman atau makanan jika suhunya dinaikkan
karena pemanasan.
Ironisnya botol susu sangat mungkin mengalami
proses pemanasan, entah itu untuk tujuan sterilisasi dengan cara
merebus, dipanaskan dengan microwave, atau dituangi air mendidih atau
air panas.
SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi
terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat
kekerasan yang telah ditingkatkan.
Biasanya SAN terdapat
pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring
kopi, dan sikat gigi, sedangkan ABS biasanya digunakan sebagai bahan
mainan lego dan pipa. SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik
yang sangat baik untuk digunakan.
Melihat
bahayanya yang terkandung dalam plastik, sudah saatnya kita harus
bertindak bijak dalam penggunaan plastik, khususnya plastik dengan kode 1, 3, 6, dan 7 (khususnya polycarbonate). Karena seluruhnya memiliki bahan bahaya secara kimiawi.
Namun,
hal itu tidak berarti bahwa plastik dengan kode yang lain secara utuh
aman, hanya perlu dipelajari lebih jauh lagi. Maka, jika kita harus
menggunakan plastik, akan lebih aman bila menggunakan plastik dengan
kode 2, 4, 5, dan 7 (kecuali polycarbonate), bila memungkinkan.
Bila
tidak ada kode plastik pada kemasan tersebut, atau bila tipe plastik
tidak jelas (misalnya pada kode 7, di mana tidak selamanya berupa
polycarbonate), cara terbaik yang paling aman adalah menghubungi
produsennya dan menanyakan mereka tentang tipe plastik yang digunakan
untuk membuat produk tersebut.
Cegah penggunaan botol susu
bayi dan cangkir bayi (dengan lubang penghisapnya) berbahan
polycarbonate. Cobalah pilih dan gunakan botol susu bayi berbahan kaca,
polyethylene, atau polypropylene.
Gunakanlah cangkir bayi
berbahan stainless steel, polypropylene, atau polyethylene. Untuk dot,
gunakanlah yang berbahan silikon, karena tidak akan mengeluarkan zat
karsinogenik sebagaimana pada dot berbahan lateks.
Jika
penggunaan plastik berbahan polycarbonate tidak dapat dicegah, janganlah
menyimpan air minum ataupun makanan dalam keadaan panas.
Hindari
penggunaan botol plastik untuk menyimpan air minum. Jika penggunaan
botol plastik berbahan PET (kode 1) dan HDPE (kode 2), tidak dapat
dicegah, gunakanlah hanya sekali pakai dan segera dihabiskan karena
pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu.
Bahan alternatif yang dapat digunakan adalah botol stainless steel atau
kaca.
Cegahlah memanaskan makanan yang dikemas dalam
plastik, khususnya pada microwave oven, yang dapat mengakibatkan zat
kimia yang terdapat pada plastik terlepas dan bereaksi dengan makanan
lebih cepat. Hal itu dapat terjadi bila kemasan plastik digunakan untuk
mengemas makanan berminyak atau berlemak.
Bungkuslah
terlebih dahulu makanan dengan daun pisang atau kertas sebelum dibungkus
dengan plastik pembungkus, ketika makanan akan dipanaskan di microwave
oven.
Cobalah untuk menggunakan kemasan berbahan kain untuk
membawa sayuran, makanan, ataupun belanjaan dan gunakanlah kemasan
berbahan stainless steel atau kaca untuk menyimpan makanan atau minuman.
Cegah
penggunaan piring dan alat makan plastik untuk masakan. Gunakanlah alat
makan dari bahan stainless steel, kaca, keramik, dan kayu.
_
Dikutip dari: (Tri Wahyuni/dari berbagai sumber).SUARA KARYA . Sabtu, 2 Agustus 2008
Jika
membaca artikel di atas…, tampaknya sederhana dan mudah. Tapi fakta
yang ada di sekitar kita [atau di rumah kita]…sangat menyakitkan.
Plastik yang tidak
“food grade” bertebaran…, mengancam masa depan anak-anak kita [atau kita sendiri].
Sebuah pertanyaan yang menari-nari di benak saya adalah…bagaimana
“proses penyadaran”
yang harus dilakukan. Beberapa mereka yang terbuka pikirannya umumnya
berterima kasih ketika diingatkan, sayangnya masih banyak orang yang
tidak peduli…apalagi jika mereka dirugikan dengan “kebenaran” ini.
Atau bagaimana manjadikan informasi ini menjadi pengetahuan populer yang diketahui semua orang?
Persepsi yang benar tentang segala sesuatu [dalam kasus ini plastik] sejatinya sangat penting, dan merupakan awal dari sebuah
Perubahan ke arah yang lebih positif. Tanpa adanya perubahan persepsi takkan pernah ada perubahan yang sebenarnya.
Ada usulan?
http://www.facebook.com/note.php?note_id=470855184356